14 November 2008

kisah seorang guru dengan muridnya- PATUT DIBACA OLEH ISLAM MASA KINI!

Seorang ibu guru sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pensil. Ibu guru itu berkata, âSaya ada satu permainan⦠Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pensil. Jika saya angkat kapur ini, maka berkatalah âKapur!â, jika saya angkat pensil ini, maka berkatalah âPensil!â

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat
antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat
kemudian guru kembali berkata, âBaik sekarang perhatikan. Jika saya angkat
kapur, maka sebutlah âPensil!â, jika saya angkat pensil, maka katakanlah
âKapur!â. Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. âMurid-murid, begitulah kita
umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu
jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan waktu.

âKeluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang susah, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain.â

âSemuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?â tanya Guru kepada murid-muridnya. âPaham guruâ¦â

âBaik permainan keduaâ¦â begitu Guru melanjutkan.

âIni ada Qurâan,saya akan meletakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qurâan yang ada ditengah tanpa menginjak karpet?â

Murid-muridnya berpikir.
Ada
yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.

Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qurâan. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet. âMurid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnyaâ¦Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-nginjak anda dengan terang-terangâ¦Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.

âJika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibuatlah pondasi yang kuat.
Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, Lemari dikeluarkan dulu satu persatu, baru rumah dirobohkankanâ¦â

âBegitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mempengaruhi anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka⦠Dan itulah yang mereka inginkan.â âIni semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh kita⦠â

âKenapa mereka tidak berani terang-terang menginjak-nginjak, bu?â tanya murid- murid.

âSesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.â âBegitulah
Islam⦠Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya
hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadarâ.

âKalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulangâ¦â Matahari bersinar terik takala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanyaâ¦

RENUNGILAH SAHABAT SEMUA..

Tidak ada komentar: